Minggu, 29 Agustus 2010
Makna Kemerdekaan
Maaf nih, sudah sangat terlambat klo harus bilang selamat hari kemerdekaan. tapi, ya, memang kita harus bersyukur atas kemerdekaan negeri kita ini.
and, this time, i want to tell you about something. i hope its can change your mindset about independence. selamat membaca
Suatu ketika, saat lagi OL lewat FB, muncul sebuah status dari seorang teman yg mengundang sebuah sindiran. Kira kira gini: yang mana lebih gampang ditemukan dan lebih banyak, hal yang membanggakan dari Indonesia ataw prestasi buruk dari negeri ini???
Sebuah pertanyaan sederhana namun cukup mengkritisi bagi sebagian orang. Terkadang, dan mungkin lebih banyak, yang akan menjawab dengan jawaban: prestasi buruk Indonesia. Yakin saja, orang yang menjawab ini pasti sering menyaksikan siaran tv yg mengupas tuntas system politik hingga tingkat kriminalitas negeri ini yang anehnya justru banyak dilakukan oleh orang orang berdasi.
Suatu ketika, saya diundang untuk menghadiri sebuah ifthor jama’I atw buka puasa bersama yang akan diisi diskusi dengan salah seorang ketum pusat sebuah organisasi kemahasiswaan (baca: KAMMI). Pertanyaan yang sama dengan pertanyaan tadi. Uniknya akh Rijal, begitu beliau disapa, justru menjelaskan latar belakangnya yang sering mencatat keburukan negeri ini sampai beliau terpaku pada sebuah system yang ada di negeri ini. Sistem Konstitusi.
Yup, ternyata, menurut beliau, Indonesia adalah satu satunya negara dengan dasar negara terjelas di dunia. Pancasila sangat universal dan sangat mudah untuk dijabarkan dan diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Bahkan, menurut beliau lagi, Pancasila sangat Islami. Beliau lalu menjelaskan sebuah hadist yang menerangkan tentang Indonesia (antara percaya & tidak sih, ada hadits yg menyebutkan negara dengan penduduk muslim terbesar ini).
Dan hari ini, saya membaca sebuah buku berjudul “Jangan kuliah klo gak sukses” karya akh Setia Furqon Kholid (jazakallah atas bimbingan yang singkatnya, akhi). Dalam sepenggal tulisan dalam buku tersebut terdapat tulisan perbedaan antara orang bermental miskin dan bermental kaya. Klo orang bermental kaya akan bertanya “nanti gimana…”, klo orang bermental miskin “gimana nanti…”. Awalnya butuh pemikiran panjang untuk berpikir apa beda dari kedua frasa di atas. Hingga ternyata…
Ada perbedaan mendasar dari 2 frasa di atas. “nanti gimana” menunjukkan bahwa kita akan memikirkan peluang peluang yang memungkinkan untuk di jadikan suatu kesuksesan. Menunjukan betapa kita memiliki visi besar dan panjang untuk masa depan yang cerah. Ingat, sebuah pekerjaan tanpa perencanaan adalah merencanakan untuk gagal. Sebaliknya, “gimana nanti” menunjukkan keputusasaan kita atas ancaman dan hambatan yang memungkinkan untuk menghambat kesuksesan kita. Buntut dari keputusasaan ini tak lain dan tak bukan adalah diam ditempat dan tak mengembangkan diri. Ini bukan watak Indonesia.
Berpikir mengenai sebuah peluang berarti telah merencanakan hal hal yang dapat ditindak lanjuti dari peluang tersebut. Yang lebih menarik, berpikir mengenai visi akan menambah semangat dan optimis pada orang tersebut. Bayangkan bila hal ini terjadi pada sebuah bangsa…
Keputusasan akan sesuatu atas suatu ancaman dan hambatan dalam mengarungi sebuah misi dalam perjalanan sebuah visi akan menurunkan cara pikir kita tentang keberhasilan usaha kita. Menariknya, ini akan menurunkan semangat kita bahkan menghidupkan rasa pesimis di kalangan para penganut teori ini. Bayangkan bila hal ini terjadi pada sebuah bangsa…
So, yang mana lebih gampang ditemukan dan lebih banyak, hal yang membanggakan dari Indonesia ataw prestasi buruk dari negeri ini???
and, this time, i want to tell you about something. i hope its can change your mindset about independence. selamat membaca
Suatu ketika, saat lagi OL lewat FB, muncul sebuah status dari seorang teman yg mengundang sebuah sindiran. Kira kira gini: yang mana lebih gampang ditemukan dan lebih banyak, hal yang membanggakan dari Indonesia ataw prestasi buruk dari negeri ini???
Sebuah pertanyaan sederhana namun cukup mengkritisi bagi sebagian orang. Terkadang, dan mungkin lebih banyak, yang akan menjawab dengan jawaban: prestasi buruk Indonesia. Yakin saja, orang yang menjawab ini pasti sering menyaksikan siaran tv yg mengupas tuntas system politik hingga tingkat kriminalitas negeri ini yang anehnya justru banyak dilakukan oleh orang orang berdasi.
Suatu ketika, saya diundang untuk menghadiri sebuah ifthor jama’I atw buka puasa bersama yang akan diisi diskusi dengan salah seorang ketum pusat sebuah organisasi kemahasiswaan (baca: KAMMI). Pertanyaan yang sama dengan pertanyaan tadi. Uniknya akh Rijal, begitu beliau disapa, justru menjelaskan latar belakangnya yang sering mencatat keburukan negeri ini sampai beliau terpaku pada sebuah system yang ada di negeri ini. Sistem Konstitusi.
Yup, ternyata, menurut beliau, Indonesia adalah satu satunya negara dengan dasar negara terjelas di dunia. Pancasila sangat universal dan sangat mudah untuk dijabarkan dan diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Bahkan, menurut beliau lagi, Pancasila sangat Islami. Beliau lalu menjelaskan sebuah hadist yang menerangkan tentang Indonesia (antara percaya & tidak sih, ada hadits yg menyebutkan negara dengan penduduk muslim terbesar ini).
Dan hari ini, saya membaca sebuah buku berjudul “Jangan kuliah klo gak sukses” karya akh Setia Furqon Kholid (jazakallah atas bimbingan yang singkatnya, akhi). Dalam sepenggal tulisan dalam buku tersebut terdapat tulisan perbedaan antara orang bermental miskin dan bermental kaya. Klo orang bermental kaya akan bertanya “nanti gimana…”, klo orang bermental miskin “gimana nanti…”. Awalnya butuh pemikiran panjang untuk berpikir apa beda dari kedua frasa di atas. Hingga ternyata…
Ada perbedaan mendasar dari 2 frasa di atas. “nanti gimana” menunjukkan bahwa kita akan memikirkan peluang peluang yang memungkinkan untuk di jadikan suatu kesuksesan. Menunjukan betapa kita memiliki visi besar dan panjang untuk masa depan yang cerah. Ingat, sebuah pekerjaan tanpa perencanaan adalah merencanakan untuk gagal. Sebaliknya, “gimana nanti” menunjukkan keputusasaan kita atas ancaman dan hambatan yang memungkinkan untuk menghambat kesuksesan kita. Buntut dari keputusasaan ini tak lain dan tak bukan adalah diam ditempat dan tak mengembangkan diri. Ini bukan watak Indonesia.
Berpikir mengenai sebuah peluang berarti telah merencanakan hal hal yang dapat ditindak lanjuti dari peluang tersebut. Yang lebih menarik, berpikir mengenai visi akan menambah semangat dan optimis pada orang tersebut. Bayangkan bila hal ini terjadi pada sebuah bangsa…
Keputusasan akan sesuatu atas suatu ancaman dan hambatan dalam mengarungi sebuah misi dalam perjalanan sebuah visi akan menurunkan cara pikir kita tentang keberhasilan usaha kita. Menariknya, ini akan menurunkan semangat kita bahkan menghidupkan rasa pesimis di kalangan para penganut teori ini. Bayangkan bila hal ini terjadi pada sebuah bangsa…
So, yang mana lebih gampang ditemukan dan lebih banyak, hal yang membanggakan dari Indonesia ataw prestasi buruk dari negeri ini???
Rabu, 18 Agustus 2010
2 Pemain Naturalisasi (lagi)
2 pemain keturunan Indonesia kembali menyatakan minatnya berseragam Merah Putih!!!
2 pemain itu tak lain dan tak bukan adalah Irfan Bachdim dan Alessandro Trabucco. Berikut profil singkatnya:
1. Irfan Bachdim
Irfan Bachdim, dilahirkan dari seorang wanita Belanda yang bersuamikan Noval Bachdim, orang Indonesia asli. Pemain dengan tinggi 172 cm saat ini memperkuat klub SV Argon. Pemain ini melakukan debutnya di liga professional saat klubnya saat itu, FC Utrecht, bersua dengan VVV Venlo. Uniknya, pelatih VVV Venlo kala itu, Andre Wetzel, juga memiliki darah Indonesia. Saat itu, pemain bernomor punggung 42 tampil eksplosif di sektor sayap, padahal posisi aslinya adalah seorang gelandang tengah (kayak Tsubasa gitu). Galgenwaard Stadium bergemuruh saat pergerakan pemain ini membuahkan tendangan penalty untuk Utrecht. Namun sang eksekutor gagal melaksanakan tugasnya dengan baik. Sebelumnya, sebenarnya Irfan telah pernah datang ke Indonesia dan menyatakan keinginannya memperkuat Tim Garuda. Hal itu dibuktikannya dengan mengikuti seleksi di dua tim besar, Persib “maung” Bandung dan Persija “macan kemayoran” Jakarta. Tapi entah karena alas an apa, Irfan tak jadi memperkuat tim tersebut lalu kembali ke Belanda. Begitu pun dengan pengurusan naturalisasinya yang urung ia lakukan. Banyak kabar miring tersiar kala itu. Ada yang mengatakan bahwa Irfan tak ingin melepaskan kewarganegaraan Belandanya, ada juga yang mengatakan bahwa kualitas Irfan tak lebih baik dengan pemain local. Tapi, satu yang pasti. Irfan telah membuktikan kualitasnya di liga Belanda sana saat masih bermain di FC Utrecht. Sekarang, pemain SV Argon ini telah berada di Indonesia untuk membuktikan dirinya pada bangsanya, Indonesia. Dan pada pertandingan Garuda Merah VS Garuda Putih di Malang kemarin, Irfan telah menciptakan 2 gol untuk kemenangan Garuda Merah.
2. Alessandro Trabucco
Dari namanya, jelas sekali pemain ini adalah pemain Italia. Trus darimana darah Indonesia mengalir di tubuhnya??? Pada tanggal 25 Juli 1994, lahir seorang anak laki-laki dari rahim Gusti Ayu di Denpasar, Bali. Saat umur anak itu mencapai usia 5 tahun, orang tua dari anak tersebut membawa anak tersebut untuk tinggal di negeri Pisa. Itulah Alessandro Trabucco. Pemain yang bisa bermain sebagai left winger atau pun forward ini memperkuat Rimini Calcio FC. 2 kali terpilih sebagai The Best Player dan 3 kali menjadi top scorer. Dengan terang-terangan ia mengatakan sangat berminat bermain untuk Timnas Indonesia. Sekalipun ia masih harus melakukan banyak hal untuk tersebut. Pemain dengan tinggi 170 cm ini diisukan sedang menunggu negoisasi kemungkinan pindahnya pemain ini ke Cesena, tim promosi di Serie A. kita tunggu saja aksi pemain muda ini saat memperkuat Timnas negara ini, Indonesia. Sayang, penampilan singkatnya saat pertandingan amal Garuda Merah VS Garuda Putih belum menunjukkan performanya.
2 pemain itu tak lain dan tak bukan adalah Irfan Bachdim dan Alessandro Trabucco. Berikut profil singkatnya:
1. Irfan Bachdim
Irfan Bachdim, dilahirkan dari seorang wanita Belanda yang bersuamikan Noval Bachdim, orang Indonesia asli. Pemain dengan tinggi 172 cm saat ini memperkuat klub SV Argon. Pemain ini melakukan debutnya di liga professional saat klubnya saat itu, FC Utrecht, bersua dengan VVV Venlo. Uniknya, pelatih VVV Venlo kala itu, Andre Wetzel, juga memiliki darah Indonesia. Saat itu, pemain bernomor punggung 42 tampil eksplosif di sektor sayap, padahal posisi aslinya adalah seorang gelandang tengah (kayak Tsubasa gitu). Galgenwaard Stadium bergemuruh saat pergerakan pemain ini membuahkan tendangan penalty untuk Utrecht. Namun sang eksekutor gagal melaksanakan tugasnya dengan baik. Sebelumnya, sebenarnya Irfan telah pernah datang ke Indonesia dan menyatakan keinginannya memperkuat Tim Garuda. Hal itu dibuktikannya dengan mengikuti seleksi di dua tim besar, Persib “maung” Bandung dan Persija “macan kemayoran” Jakarta. Tapi entah karena alas an apa, Irfan tak jadi memperkuat tim tersebut lalu kembali ke Belanda. Begitu pun dengan pengurusan naturalisasinya yang urung ia lakukan. Banyak kabar miring tersiar kala itu. Ada yang mengatakan bahwa Irfan tak ingin melepaskan kewarganegaraan Belandanya, ada juga yang mengatakan bahwa kualitas Irfan tak lebih baik dengan pemain local. Tapi, satu yang pasti. Irfan telah membuktikan kualitasnya di liga Belanda sana saat masih bermain di FC Utrecht. Sekarang, pemain SV Argon ini telah berada di Indonesia untuk membuktikan dirinya pada bangsanya, Indonesia. Dan pada pertandingan Garuda Merah VS Garuda Putih di Malang kemarin, Irfan telah menciptakan 2 gol untuk kemenangan Garuda Merah.
2. Alessandro Trabucco
Dari namanya, jelas sekali pemain ini adalah pemain Italia. Trus darimana darah Indonesia mengalir di tubuhnya??? Pada tanggal 25 Juli 1994, lahir seorang anak laki-laki dari rahim Gusti Ayu di Denpasar, Bali. Saat umur anak itu mencapai usia 5 tahun, orang tua dari anak tersebut membawa anak tersebut untuk tinggal di negeri Pisa. Itulah Alessandro Trabucco. Pemain yang bisa bermain sebagai left winger atau pun forward ini memperkuat Rimini Calcio FC. 2 kali terpilih sebagai The Best Player dan 3 kali menjadi top scorer. Dengan terang-terangan ia mengatakan sangat berminat bermain untuk Timnas Indonesia. Sekalipun ia masih harus melakukan banyak hal untuk tersebut. Pemain dengan tinggi 170 cm ini diisukan sedang menunggu negoisasi kemungkinan pindahnya pemain ini ke Cesena, tim promosi di Serie A. kita tunggu saja aksi pemain muda ini saat memperkuat Timnas negara ini, Indonesia. Sayang, penampilan singkatnya saat pertandingan amal Garuda Merah VS Garuda Putih belum menunjukkan performanya.
Langganan:
Postingan (Atom)